Senin, 09 Februari 2009

LKM untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Pesantren



Pemberdayaan masyarakat miskin hampir bisa dibilang identik dengan pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah. Banyak hal yang telah dilakukan untuk mengangkat serta menguatkan sektor UKM tersebut, kecuali satu hal yang sering terlewatkan; yakni penguatan keuangan mikro yang mampu menjadi mediasi modal bagi UKM.

Pengelolaan UKM secara professional, kerja keras dan kejujuran berhasil menjadi pilar perekonomian rakyat yang bersumber dari tingkat kemandiriannya yang tinggi, tidak banyak bergantung kepada utang. Sehingga tidak mengherankan ketika para pengusaha besar gulung tikar karena terkejut dengan bencana krisis ekonomi, UKM tetap hidup dan terus berkembang menahan laju krisis. Sayangnya, walaupun telah banyak dipuji dan dikagumi, UKM tetap belum dijadikan landasan perekonomian nasional. Bahkan tidak jarang UKM menjadi "korban" kebijakan ekonomi negara. Kini, dengan jumlah kemiskinan yang terus meningkat, UKM kembali dilirik dan diharapkan mampu berkontribusi menekan angka kemiskinan di Indonesia.

Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal pada dasarnya adalah lembaga Negara yang khusus menangani bagaimana meningkatkan perkembangan pembangunan di daerah tertinggal yang nantinya berimplikasi pada peningkatan taraf ekonomi masyarakatnya. Dalam hal ini, diperlukan sebuah kebijakan ekonomi yang berbasis kerakyatan, yang tidak diskriminatif terhadap rakyat kecil. Minimal itu yang saat ini masuk akal untuk dilaksanakan. Hal ini bisa diwujudkan melalui bantuan berupa kemudahan dalam mengakses berbagai kredit mikro yang akhir-akhir ini lagi marak dikampanyekan oleh pemerintah sebagai stimulus untuk memberdayakan ekonomi mikro di tingkat daerah.

Salah satu syarat penting keberhasilan upaya pemberdayaan ekonomi kerakyatan, terutama untuk menolong keluarga dan penduduk miskin, adalah adanya Lembaga Keuangan Mikro yang mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap masyarakatnya. Kepedulian itu tidak saja dalam bentuk pemberian kredit atau pinjaman dana, tetapi terutama dalam upaya pendampingan yang disertai dengan bantuan pendidikan dan pelatihan untuk bisa menyelenggarakan pengelolaaan keuangan dengan baik serta pemberian kesempatan yang adil dan luas dalam usaha-usaha yang menguntungkan. Lembaga Keuangan Mikro itu harus bisa membangkitkan kemauan, memberi kesempatan dan akhirnya membantu nasabahnya, masyarakat miskin yang mempunyai motivasi untuk maju, dengan kemampuan profesional untuk melakukan usaha yang menguntungkan.

Pemberdayaan menjadi sebuah kalimat yang amat popular di negeri ini, keterpurukan yang sangat menimpa negeri ini menjadikan kalimat pemberdayaan semakin berkibar untuk meretas ke tidakberdyaan lawan dari sebuah pemberdayaan.

Lantas, pemberdayaan model apa yang diharapkan dan sesuai dengan keinginan dari sebuah negeri yang sedang terpuruk dan terhempas oleh keserekahan segelintir orang di republik ini, mungkin akan banyak solusi yang ditawarkan oleh anak bangsa ini, dari yang sungguh–sungguh dalam berbuat atau mungkin dari sekedar mencari kesempatan dari kesempitan yang mendera.

Salah satu tawaran yang menarik dan telah banyak di buktikan dalam proses berjalan ketika sebuah wadah pendidikan yang bernama pesantren mewujud menjadi sebuah intitusi pendidikan yang sekaligus berfungsi sebagai agen perubahan (pemberdayaan).

Pesantren adalah lembaga pendidikan multi system dan multi dimensi. Pesantren adalah laboratorium kehidupan. Maju mundurnya pesantren menjadi cermin maju mundurnya umat.

Kutipan diatas di ambil dari sebuah buku menarik dengan judul "Catatan Untuk Para Pejuang" sebuah refleksi tentang pemikiran pendidikan dan keagamaan Mad Rodja Sukarta. Menarik untuk dicermati dari buku yang sekaligus pelaku pendidikan pesantren, bahwa pemberdayaan berbasis pesantren adalah fakta konkrit yang telah mensejerah di negeri ini

Pengembangan pendidikan dan pengembangan ekonomi masyarakat berbasis pesantren. Adalah sebuah pengalaman pesantren dalam peran mendorong masyarakat untuk melakukan perubahan pendidikan, moral maupun ekonomi menuju masyarakat yang berakhlaqul karimah, cerdik-pandai, terampil dan mandiri (bermanfaat bagi masyarakat dan agama).

Dalam konteks pendidikan pesantren dan masyarakat terampil dan mandiri melalui pengembangan ekonomi yang berorientasi pemberdayaan masyarakat 'basis' binaan.

Proses pembinaan tidak saja bersifat finansial ekonomis tetapi juga mengandung bobot sosiologis kental dengan muatan agamis yang diarahkan untuk mengembangkan kesejahteraan dunia dan akhirat. Dengan pembinaan yang bersifat paripurna itu maka para nasabah harus dikembangkan sikap, motivasi dan tingkah lakunya, baik dalam urusan bisnis maupun dalam kepedulian terhadap masyarakat sekitarnya. Karena itu Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang diperlukan di pedesaan sekarang ini harus mempunyai jiwa kewirausahaan yang tinggi, tetapi sekaligus juga harus mempunyai ciri humanitas yang tidak kalah kentalnya.

Lembaga Keuangan Mikro dengan visi dan misi yang demikian luhur tidak bisa diciptakan dengan cara biasa. Lembaga itu harus dibangun dengan semangat, ketekunan, jiwa kooperasi yang besar bersama masyarakatnya dan dilengkapi dengan petugas-petugas yang motivasinya tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar